Kabar Kinabalu — Pemerintah Malaysia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2026 berada di kisaran 4 % hingga 4,5 %, mencerminkan optimisme hati-hati di tengah perlambatan ekonomi global dan fluktuasi pasar ekspor.

Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan, Datuk Seri Anwar Ibrahim, menyampaikan bahwa proyeksi ini mempertimbangkan stabilitas domestik, kebijakan fiskal berimbang, serta reformasi ekonomi yang sedang dijalankan. Pemerintah menargetkan keseimbangan antara pertumbuhan dan pengendalian inflasi, agar daya beli masyarakat tetap terjaga.
BacaJuga: Dokter anak sebut peran ayah komponen penting perkembangan anak
🔍 Latar Belakang dan Dasar Proyeksi
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Malaysia 2026 disusun berdasarkan asumsi pemulihan konsumsi domestik, peningkatan investasi sektor swasta, serta percepatan proyek infrastruktur strategis. Pemerintah juga memperkirakan defisit fiskal akan turun menjadi 3,5 % dari PDB, dibandingkan dengan 3,8 % pada 2025.
Menurut data Kementerian Keuangan Malaysia, belanja pemerintah tahun depan direncanakan mencapai RM 470 miliar, naik sekitar 4 % dari tahun sebelumnya. Anggaran ini difokuskan pada digitalisasi pemerintahan, energi hijau, transportasi publik, serta program kesejahteraan rakyat.
Anwar menegaskan bahwa fokus pemerintah bukan hanya pada angka pertumbuhan, tetapi juga pada kualitas pembangunan yang inklusif. “Kami ingin memastikan pertumbuhan ini terasa oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya kelompok tertentu,” ujarnya dalam sidang parlemen, Jumat (10/10).
⚙️ Faktor Pendukung Pertumbuhan
Beberapa faktor yang diyakini mampu menopang proyeksi pertumbuhan Malaysia antara lain:
-
Konsumsi rumah tangga yang kuat, terutama setelah inflasi terkendali di kisaran 2,8 %.
-
Investasi asing langsung (FDI) yang terus meningkat, terutama dari sektor teknologi dan energi terbarukan.
-
Peningkatan ekspor semikonduktor dan produk elektronik ke pasar Asia Timur.
-
Kebijakan fiskal dan moneter yang stabil, termasuk reformasi subsidi dan efisiensi belanja negara.
Selain itu, Malaysia juga berupaya memperkuat kerja sama ekonomi ASEAN guna menjaga daya saing regional dan mengantisipasi gejolak eksternal.
⚠️ Tantangan dan Risiko Ekonomi
Meski optimis, sejumlah risiko masih membayangi perekonomian Malaysia pada 2026:
-
Ketidakpastian geopolitik global, terutama dampak dari ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
-
Fluktuasi harga energi dan komoditas, yang berpotensi menekan neraca perdagangan.
-
Penurunan permintaan ekspor akibat perlambatan ekonomi di negara mitra dagang utama.
Lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan Malaysia akan berada di kisaran 4 %, atau sedikit di bawah target pemerintah, jika kondisi global tidak membaik.
💬 Prospek dan Harapan
Dengan reformasi ekonomi yang berkelanjutan dan penguatan sektor industri bernilai tambah, Malaysia berpeluang mempertahankan momentum pertumbuhan yang solid. Fokus pada digitalisasi, transisi energi hijau, dan peningkatan SDM diyakini akan memperkuat fondasi ekonomi jangka panjang.
Pemerintah juga menekankan pentingnya partisipasi sektor swasta dalam mendorong inovasi dan lapangan kerja baru, terutama bagi generasi muda.
“Jika stabilitas politik dan ekonomi tetap terjaga, target 4–4,5 % bukan sekadar angka, melainkan komitmen menuju Malaysia yang lebih berdaya saing,” tutur Anwar.








